LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
Kelompok C :
Semester 1 Kelas Reguler
Iksan Perlindungan (12.330.017)
Jamaluddin Isa Harahap (12.330.018)
Muhammad Escha Adhesa (12.330.023)
Muhammad Fauzan Fahluffi (12.330.024)
Muhammad Ridho (12.330.026)
Muhammad Tamyiz (12.330.027)
Yudit Selly K (12.330.038)
Yunika Suci Wulandari (12.330.039)
Yuriska S. Hidayanti (12.330.040)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2012/2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum ini disusun sebagai persyaratan mengikuti ujian semester ganjil untuk mata kuliah kimia lingkungan jurusan Kesehatan Lingkungan Tanjung Karang Tahun 2012/2013.
Penanggung Jawab Penanggung Jawab
Mata Kuliah Kimia Lingkungan Laboratorium Terpadu
Daria Br Ginting, SPd., M.Si Daria Br Ginting, SPd., M.Si
NIP 196407121988022001 NIP 196407121988022001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunianya kita diberi nikmat berupa kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia lingkungan semester 1 tahun ajaran 2012/2013.
Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Kimia Lingkungan, Ibu Daria serta semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan laporan praktikum kimia lingkungan semester 1 tahun ajaran 2012/2013.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum kimia lingkungan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan praktikum kimia lingkungan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM I
Pengenalan dan Penggunaan Alat
PRAKTIKUM II
Pengenalan dan Penggunaan Alat –alat Elektrik Laboratorium
PRAKTIKUM III
Pembuatan Larutan
PRAKTIKUM IV
Pengenceran Larutan
PRAKTIKUM V
Alkalimetri
PRAKTIKUM VI
Analisa Acidimetri
PRAKTIKUM VII
Analisa Argentometri
PRAKTIKUM VIII
Analisa Permanganometri
PRAKTIKUM IX
Analisa Iodimetri
PRAKTIKUM X
Analisa Iodometri
PRAKTIKUM XI
Analisa Gravimetri
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA I
Judul : Pengenalan dan Penggunaan Alat
Hari/Tanggal : Senin, 17 September 2012
Waktu : Pukul 13.00-15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa / mahasiswi dapat mengenali macam-macam alat
praktikum beserta fungsi dan penggunaannya.
Tinjauan Pustaka
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur (Plummer, 1987).
Laboratorium merupakan tempat yang memiliki bermacam-macam alat yang digunakan untuk penelitian, dari yang sederhana, seperti alat-alat dari gelas, sampai kepada alat yang cukup besar, seperti inkubator ataupun alat lainnya. Alat-alat sederhana di laboratorium tersebut ada yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa, platina, logam, dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan lain-lain.
Mahasiswa akan diperkenalkan dan diajarkan macam dan cara menggunakan alat-alat yang umum dipakai dalam praktikum. Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui fungsi maupun penjelasan lainnya tentang alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula, data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang, selain itu dengan mempelajari macam dan fungsi peralatan yang ada diharapkan mahasiswa akan mahir dan terampil dalam penggunaan alat tersebut sehingga praktikum maupun penelitian akan berjalan dengan lebih lancar.
Pengenalan alat dan fungsinya :
No Nama Alat Gambar Fungsi Alat
1 Botol Semprot Merupakan botol akuades yang digunakan untuk mencuci atau membantu saat pengenceran.
2 Erlenmeyer Dipakai untuk zat-zat yang dititrasi
3 Labu Takar Digunakan untuk membuat larutan tertentu dengan volume yang setepat-tepatnya, kadang juga dipakai untuk pengenceran sampai volume tertentu
4 Gelas Ukur Dipakai untuk mengukur volume cairan yang memerlukan ketelitian tinggi, tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan yang panas
5 Beaker Glass Digunakan sebagai tempat larutan dan juga dapat memanaskan zat-zat kimia untuk menguapkan pelarut
6 Gelas Arloji Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang
7 Cawan Porselen Digunakan sebagai wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan
8 Corong Digunakan untuk menolong pada waktu memasukkan cairan ke dalam wadah dengan mulut sempit seperti botol, labu takar, buret, dll.
9 Statif Batang standar atau penyangga buret untuk melakukan titrasi
10 Batang Pengaduk Dipakai untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia ketika melakukan reaksi untuk membantu pada waktu menuang cairan dalam proses penyaringan
11 Pipet Volume Digunakan untuk mengambil atau memindahkan sejumlah cairan kurang teliti
12 Pipet Gondok Berfungsi untuk memindahkan sejumlah volume tertentu larutan sesuai ukurannya dengan tepat
13 Pipet Tetes Digunakan untuk membantu menambahkan atau memindahkan larutan dalam jumlah kecil atau tetes demi tetes
14 Tabung Reaksi Digunakan untuk mereaksikan zat-zat kimia dalam jumlah relatif kecil
15 Rak Tabung Reaksi Digunakan untuk penyimpanan tabung reaksi
16 Bulb Digunakan untuk memipet bahan berbahaya dan beracun. Bulb terdiri dari 3 tombol yaitu :
A: Untuk mengempeskan bulb
S: Untuk menarik larutan
E: Untuk mengeluarkan larutan
17 Klem
Digunakan untuk menjepit buret
18 Buret Digunakan untuk memindahkan larutan dalam berbagai ukuran volume, misalnya untuk titrasi asam basa
19 Spatula Digunakan untuk mengambil bahan padat atau kristal, dipakai juga untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia ketika melakukan reaksi, untuk membantu pada waktu menuangkan cairan dalam proses penyaringan, digunakan juga sebagai sendok
20 Sendok Reagen Sendok yang digunakan untuk mengambil dan mengaduk bahan kimia
21 Penjepit Tabung Kayu Digunakan untuk menjepit tabung reaksi
22 Penjepit Tabung Besi Digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kelompok kami, dapat mengetahui tentang fungsi maupun penjelasan lainnya tentang alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA II
Judul : Pengenalan dan Penggunaan Alat –alat Elektrik Laboratorium
Hari/Tanggal : Senin, 24 September 2012
Waktu : Pukul 13.00-15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa / mahasiswi dapat mengenali macam-macam alat
elektrik laboratorium beserta fungsi dan penggunaannya.
Tinjauan Pustaka
Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur (Plummer, 1987).
Laboratorium merupakan tempat yang memiliki bermacam-macam alat yang digunakan untuk penelitian, dari yang sederhana, seperti alat-alat dari gelas, sampai kepada alat yang cukup besar, seperti inkubator ataupun alat lainnya. Alat-alat sederhana di laboratorium tersebut ada yang terbuat dari kaca, plastik, karet, kuarsa, platina, logam, dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang berfungsi sebagai wadah, alat bantu, dan lain-lain.
Mahasiswa akan diperkenalkan dan diajarkan macam dan cara menggunakan alat-alat yang umum dipakai dalam praktikum. Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui fungsi maupun penjelasan lainnya tentang alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula, data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang, selain itu dengan mempelajari macam dan fungsi peralatan yang ada diharapkan mahasiswa akan mahir dan terampil dalam penggunaan alat tersebut sehingga praktikum maupun penelitian akan berjalan dengan lebih lancar.
Pengenalan alat dan fungsinya :
No Nama Alat Gambar Fungsi Alat
1 Oven Digunakan untuk sterilisasi alat pada suhu tinggi yaitu 110°C selama 15 menit, selain itu dogunakan untuk menganalisis berat kering suatu zat
2 Desikator Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air dan untuk mengurangi uap air dalam jumlah kecil dengan menggunakan silica jel yang ada didalamnya
3 Spektrofotometer Alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsopsi
4 Kuvet Berbentuk seperti tabung reaksi atau persegi panjang digunakan sebagai tempat sampel untuk analisis dengan spektrofotometer
5 Neraca Analitik Digunakan untuk menimbang bahan kimia atau media yang akan digunakan secara teliti
6 Kompor Listrik Alat yang digunakan untuk pemanasan larutan
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kelompok kami, dapat mengetahui tentang fungsi maupun penjelasan lainnya tentang alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisasi sedikit mungkin.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA III
Judul : Pembuatan Larutan
Hari / tanggal : Senin, 1 Oktober 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa / mahasiswi dapat mengetahui cara pembuatan larutan atau reagen
Tinjauan Pustaka
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap sejumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solven adalah medium dalam mana solven terlarut.
Di alam, umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat. Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah zat pelarut dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Umumnya larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven).
Pembuatan larutan dengan berbagai konsentrasi dan pengenceran. Hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan pelarut dalam suatu larutan disebut konsentrasi atau kepekaan. Kita kenal beberapa satuan konsentrasi yang umum antara lain :
Persen
Persen adalah hubungan yang menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dalam setiap seratus bagian larutan. Satuan persen terdiri atas beberapa macam yaitu: Persen berat per volume (V/V).
Molar
Molar atau molaritas adalah sistem konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat yang terkandung dalam satu liter larutan.
M = Mol/liter M = mmol/ml M = gr/Mr x 1000/ml.
Normal (N)
Normal atau normalitas adalah banyaknya eqivalen zat terlarut yang terkandung dalam setiap liter larutan.
N=grek/liter BE = BM/ev grek = gr/BE x 1/ltr
N = gr x ev/BM x vol
Molal (m)
Molal atau molalitas adalah perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam setiap kilogram pelarutnya.
m = mol zat terlarut/kg pelarut m = gr/BM x 1000/p
Fraksi mol (X)
Fraksi mol merupakan perbandingan mol zat terlarut terhadap jumlah mol larutan.
X = mol zat terlarut/mol larutan X = n1/n1 + n2
Part per million (ppm)
Parts per million (ppm) merupakan satuan konsentrasi yang sangat encer atau disebut juga bagian persejuta.
ppm = mol zat terlarut/106 mg air atau ppm = mol zat terlarut/liter larutan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah, apabila tekanan diperbesar.
Zat-zat kimia yang dipakai untuk membuat larutan harus memenuhi syarat, antara lain :
Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.
Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
Zat yang digunakan mudah di keringkan.
Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak diketahui.
Larutan dapat dibuat dari zat asalnya yaitu :
Padatan
Jumlah zat terlarut (solut) yang dibutuhkan = M x V x BM
M= molaritas larutan, mol/liter
V= volume larutan, liter
BM= berat molekul zat, gr/mol
Cairan
Jika larutan yang dibuat dari zat asalnya cairan,umumnya senyawa asam, basa,organic,maka volume zat yang dibutuhkan ditentukan dari persamaan:
V1 . M1 = V2 . M2 atau V1 . N1 = V2 . N2
Di mana :
V1 = volume awal
M1 = molaritas awal
N1 = normalitas awal
V2 = volume akhir
M2 = molaritas akhir
N2 = normalitas akhir
Alat dan bahan :
Alat:
Gelas arloji
Sendok reagen
Neraca analitik
Beker glass
Batang pengaduk
Corong
Labu takar
Botol semprot
Pipet tetes
Botol sampel
Bahan
Na2CO3 0,1 N
Akuades 100 mL
Prosedur Kerja
Timbang reagen atau bahan kimia padat sesuai dengan berat yang didapat menggunakan neraca analitik.
Masukkan ke dalam beker glass, tambahkan akuades kemudian aduk hingga larut.
Setelah larut pindahkan ke dalam labu takar, tambahkan dengan akuades hingga batas tanda.
Kocok hingga homogen (bercampur), setelah menyatu pindahkan ke dalam botol reagen.
Beri label pada botol tersebut.
Hasil Percobaan
Perhitungan pembuatan larutan Na2CO3 0,1 N sebanyak 100 mL
Diketahui : V = 100 mL = 0,1 L
N = 0,1 N
Mr = 2(Na)+C+3(O)
= 2×23+12+3×16
= 106
Valensi = Na2CO3 → Na3+ + CO2-
Ditanya : Berat Na2CO3 =....?
Jawab : BE = "Mr" /"Valensi"
= 106/2
= 53
N = "Berat (gr)" /"Voleme " ("L" )"×BE"
Berat (gr) = N × V × BE
= 0,1 × 0,1 × 53
= 0,53 gr
Kesimpulan
Jadi berat yang dibutuhkan untuk membuat larutan Na2CO3 0,1 N sebanyak 100 mL adalah 0,53 gr.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA IV
Judul : Pengenceran Larutan
Hari / tanggal : Senin, 8 Oktober 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa / mahasiswi dapat mengetahui cara pengenceran larutan atau reagen
Tinjauan Pustaka
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 1999).
Alat dan bahan :
Alat :
Corong
Labu takar
Botol semprot
Botol sampel
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL
Pipet volume
Bulb
Bahan :
Aquades
NaCl 0,5 M
H2S04 0,1 N
Prosedur Kerja
Pengenceran H2S04 0,1 N
Ambil H2S04 pekat di ruang asam dengan menggunakan pipet volume 10 mL dengan mengambil larutan sebanyak 10 mL.
Tuang ke dalam labu takar (100 mL). Sebelum dituang masukkan akuades ke daam labu takar, lalu masukkan H2SO4 pekat.
Setelah itu tambahkan lagi akuades sampai mencapai 100 mL.
Kocok hingga homogen lalu masukkan ke dalam botol reagen menggunakan corong.
Beri label
Pengenceran NaCl 0,5 M
Ambil NaCl 0,5 M sebanyak 20 mL menggunakan pipet gondok dengan bulb.
Tuang ke dalam labu takar ukuran 100 mL, beri akuades hingga 100 mL.
Kocok hingga homogen dan tuangkan ke dalam botol reagen/botol sampel menggunakan corong.
Beri label.
Hasil Kerja
Hasil praktikum ini adalah H2SO4 0,1 N sebanyak 100 mL dan NaCl 0,5 M sebanyak 100 mL.
Kesimpulan
Jadi, dalam pengenceren ini terbentuk H2SO4 0,1 N sebanyak 100 mL dan NaCl 0,5 M sebanyak 100 mL.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA V
Judul : Alkalimetri
Hari / tanggal : Senin, 15 Oktober 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan kadar H2SO4 dengan larutan NaOH standar
Tinjauan Pustaka
Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah.
Alat dan bahan :
Alat :
Buret
Statif dan klem
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL dan 25 mL
Beker glass
Bulb
Bahan :
NaOH
H2S04
Asam Oksalat 0,05 N
Indikator PP
Prosedur Kerja
Standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat 0,05 N
Pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,05 N masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tamabahkan 2 tetes indikator PP
Titrasi dengan larutan NaOH sampai muncul warna merah muda, liat volumenya yang berkurang.
Perhitungan V1 × N1 = V2 × N2
Penetapan kadar H2SO4 (asam sulfat)
Pipet 25 mL larutan H2SO4 masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 2 tetes indikator PP.
Titrasi dengan larutan NaOH sampai muncul warna merah muda, liat volumenya yang berkurang.
Perhitungan
Kadar H2SO4 = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
Hasil Percobaan
Perhitungan standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat 0,05 N
Diketahui : V1 = 10 mL
N1 = 0,05 N
V2 = 3,7 mL
Ditanya : N2=.....?
Jawab V1 × N1 = V2 × N2
10 × 0,05 = 3,7 × N2
0,05 = 3,7 N2
N2 = 0,5/3,7
= 0,135 N
Perhitungan kadar H2SO4 (asam sulfat)
Diketahui : Vp = 0,6 mL
Np = 0,135 N
Vs = 25 mL
Mr = 2(H)+S+4(O)
= 2×1+32+4×16
= 98
Valensi = 2
Ditanya : kadar H2SO4 =.....?
Jawab : BE = "Mr" /"Valensi"
= 98/2
= 49
Kadar H2SO4 = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
= (0,6 × 0,135 × 49 × 1000)/25
= 158,76 ppm
Kesimpulan
Jadi kadar dari hasil standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat 0,05 N adalah 0,135 N dan hasil penentuan kadar H2SO4 (asam sulfat) adalah 158,76 ppm.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA VI
Judul : Analisa Acidimetri
Hari / tanggal : Senin, 22 Oktober 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan kadar Na2CO3 dengan larutan HCl standar
Tinjauan Pustaka
Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Percobaan ini bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dan menetapkan konsentrasi larutan tersebut dengan cara standarisasi dengan larutan borax dan natrium karbonat anhidrous. Dalam percobaan ini larutan dibuat dengan cara pengenceran kemudian dilakukan titrasi dengan larutan-larutan standar tertentu sehingga didapatkan harga konsentrasi dari larutan hasil pengenceran tersebut. Selain itu dalam percobaan ini digunakan metode titrimetri untuk menganalisa kadar suatu sampel dengan proses asidimetri.
Alat dan bahan :
Alat :
Buret
Statif dan klem
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL
Beker glass
Bulb
Bahan :
HCl
Na2B4O7 0,1 N
Na2CO3
Indikator MO (Methyl Orange)
Prosedur Kerja
Standarisasi larutan HCl dengan larutan borax (Na2B4O7) 0,1 N
Pipet 10 mL larutan borax masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tamabahkan 2 tetes indikator MO (Methyl Orange)
Titrasi dengan larutan HCl sampai terjadi perubahan warna merah menjadi jingga/orange.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus standarisasi V1 × N1 = V2 × N2
Penetapan kadar Natrium Karbonat (Na2CO3)
Pipet 10 mL larutan Na2CO3 masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 2 tetes indikator MO.
Titrasi dengan larutan HCl sampai terjadi perubahan warna menjadi orange.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus perhitungan kadar
Kadar Na2CO3 = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
Hasil Percobaan
Perhitungan standarisasi larutan HCl dengan larutan borax (Na2B4O7) 0,1 N
Diketahui : V1 = 10 mL
N1 = 0,1 N
V2 = 0,7 mL
Ditanya : N2=.....?
Jawab V1 × N1 = V2 × N2
10 × 0,1 = 0,7 × N2
1 = 0,7 N2
N2 = 1/0,7
= 1,43 N
Perhitungan kadar Natrium Karbonat (Na2CO3)
Diketahui : Vp = 1,5 mL
Np = 1,43 N
Vs = 10 mL
Mr = 2(Na)+C+3(O)
= 2×23+12+3×16
= 106
Valensi = 2
Ditanya : kadar Na2CO3 =.....?
Jawab : BE= "Mr" /"Valensi"
= 106/2
= 53
Kadar Na2CO3= (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
= (1,5 × 1,43 × 53 × 1000)/10
= 11368,5 ppm
Kesimpulan
Jadi kadar dari hasil standarisasi larutan HCl dengan larutan borax (Na2B4O7) 0,1 N adalah 1,43 N dan hasil penentuan kadar Natrium Karbonat (Na2CO3) adalah 11368,5 ppm.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA VII
Judul : Analisa Argentometri
Hari / tanggal : Senin, 29 Oktober 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan klorida (Cl) pada sampel air keran
Tinjauan Pustaka
Argentometri adalah yang pembentukkan endapan tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ionAg+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengani ndicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianidat dan indikator adsorbsi. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen. Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant.
Alat dan bahan :
Alat :
Buret
Statif dan klem
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL
Pipet volume
Beker glass
Bulb
Bahan :
AgNO3
NaCl 0,01 N
K2CrO4 5%
Air keran
Prosedur Kerja
Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,01 N
Pipet 10 mL larutan NaCl 0,01 N masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tamabahkan 1 mL larutan K2CrO4 5%.
Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna merah menjadi merah bata.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus standarisasi V1 × N1 = V2 × N2
Penetapan kadar sampel air
Pipet 10 mL sampel air keran masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 1 mL K2CrO4 5%.
Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna menjadi merah bata.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus perhitungan kadar
Kadar Cl¬¯ = (Vp × Np × Ar Cl × 1000)/Vs
Hasil Percobaan
Perhitungan standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,01 N
Diketahui : V1 = 10 mL
N1 = 0,01 N
V2 = 13,3 mL
Ditanya : N2=.....?
Jawab V1 × N1 = V2 × N2
10 × 0,01 = 13,3 × N2
0,1 = 13,3 N2
N2 = 0,1/13,3
= 0,0075 N
Perhitungan kadar sampel air
Diketahui : Vp = 0,5 mL
Np = 0,0075 N
Ar Cl¯ = 35,5
Vs = 10 mL
Ditanya : kadar Cl¯ =.....?
Jawab : Kadar Cl¯= (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
= (0,5 × 0,0075 × 35,5 × 1000)/10
= 13,3125 ppm
Kesimpulan
Jadi kadar dari hasil standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan NaCl 0,01 N adalah 0,0075 N dan hasil penentuan kadar sampel air keran dengan AgNO3 0,0075 N adalah 13,3125 ppm.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA VIII
Judul : Analisa Permanganometri
Hari / tanggal : Senin, 19 November 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan kadar FeSO4 secara permanganometri
Tinjauan Pustaka
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4).
Reaksi
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Alat dan bahan :
Alat :
Buret
Statif dan klem
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL
Beker glass
Bulb
Bahan :
Asam oksalat 0,05 N
H2SO4
KMn2O4
FeSO4
Prosedur Kerja
Perhitungan standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan asam oksalat 0,05 N
Pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,05 N masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tamabahkan 1 mL asam sulfat (H2SO4)
Titrasi dengan larutan KMnO4 panas-panas hingga berubah warna merah muda. Lalu hitung dengan rumus standarisasi :
V1 × N1 = V2 × N2
Perhitungan kadar FeSO4
Pipet 10 mL FeSO4 masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 1 mL laruatn asam sulfat H2SO4.
Panaskan ± 70°C.
Titrasi dengan larutan KMnO3 panas-panas hingga terbentuk warna merah.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus perhitungan kadar
Kadar FeSO4 = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
Hasil Percobaan
Perhitungan standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan asam oksalat 0,05 N
Diketahui : V1 = 10 mL
N1 = 0,05 N
V2 = 1,4 mL
Ditanya : N2=.....?
Jawab : V1 × N1 = V2 × N2
10 × 0,05 = 1,4 × N2
0,5 = 1,4 N2
N2 = 0,5/1,4
= 0,36 N
Perhitungan kadar FeSO4
Diketahui : Vp = 0,2 mL
Np = 0,36 N
Vs = 10 mL
Mr = Fe+S+4(O)
= 56+32+4×16
= 152
Valensi = 2
Ditanya : kadar FeSO4 =.....?
Jawab : BE= "Mr" /"Valensi"
= 152/2
= 76
Kadar FeSO4= (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
= (0,2 × 0,36 × 76 × 1000)/10
= 547,2 ppm
Kesimpulan
Jadi kadar dari hasil standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan asam oksalat 0,05 N adalah 0,36 N dan hasil penentuan kadar kadar FeSO4 adalah 547,2 ppm.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA IX
Judul : Analisa Iodimetri
Hari / tanggal : Senin, 19 November 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan kadar vitamin C
Tinjauan Pustaka
Iodimetri merupakan metoda titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I-).
Metoda ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metoda iodometri yang sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimetri termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran. Seperti dalam reaksi redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi:
I2 + 2 e - 2 I-
Contoh senyawa yang dapat ditetapkan dengan iodimetri adalah : H2S, Sn2+, As3+, N2H4, SO2,Zn2+, Cd2+, Hg2+, Pb2+, sistein, glutathione, ion sulfit mercaptoethanol, glukosa (dan gula-gula pereduksi lain), vitamin C.
Alat dan bahan :
Alat :
Buret
Statif dan klem
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL
Beker glass
Bulb
Bahan :
Na2S2O3 0,01 N
Amilum 1%
C6H8O6
Larutan I2
Prosedur Kerja
Standarisasi I2 dengan larutan Na2S2O3 0,01 N
Pipet 10 mL larutan Na2S2O3 0,01 N masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tamabahkan 5 tetes amilum 1%
Titrasi dengan larutan I2 hingga berubah warna biru konstan.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus standarisasi V1 × N1 = V2 × N2
Penetapan kadar vitamin C
Pipet 10 mL C6H806 masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 5 tetes amilum 1%.
Titrasi dengan I2 hingga terbentuk warna biru konstan.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus perhitungan kadar
Kadar vitamin C = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
Hasil Percobaan
Perhitungan standarisasi I2 dengan larutan Na2S2O3 0,01 N
Diketahui : V1 = 10 mL
N1 = 0,01 N
V2 = 1,2 mL
Ditanya : N2=.....?
Jawab : V1 × N1 = V2 × N2
10 × 0,01 = 1,2 × N2
0,1 = 1,2 N2
N2 = 0,1/1,2
= 0,083 N
Perhitungan kadar vitamin C
Diketahui : Vp = 1,5 mL
Np = 0,083 N
Vs = 10 mL
Mr = 176
Valensi = 2
Ditanya : kadar FeSO4 =.....?
Jawab : BE = "Mr" /"Valensi"
= 176/2
= 88
Kadar vitamin C= (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
= (1,5 × 0,083 × 88 × 1000)/10
= 1095,6 ppm
Kesimpulan
Jadi kadar dari hasil standarisasi I2 dengan larutan Na2S2O3 0,01 N adalah 0,083 N dan hasil penentuan kadar vitamin C adalah 1095,6 ppm.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA X
Judul : Analisa Iodometri
Hari / tanggal : Senin, 26 November 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan kadar CuSO4 dengan larutan Na2S2O3 standar secara iodometri
Tinjauan Pustaka
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O.
Berbeda dengan titrasi iodimetri yang mereaksikan sample dengan iodium (langsung), maka pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium Thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel.
Contoh reaksi dengan Cu2+:
2 Cu 2+ + 4I- → 2 CuI + I2
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Alat dan bahan :
Alat :
Buret
Statif dan klem
Corong
Erlenmeyer
Pipet tetes
Pipet gondok 10 mL
Beker glass
Bulb
Bahan :
Larutan H2SO4 2 N
Indikator amilum 1 %
Larutan KI 10 %
Larutan Na2S2O3
Prosedur Kerja
Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan KIO3 0,01 N
Pipet 10 mL larutan Na2S2O3 0,01 N masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 1 mL KI 10%
Tambahkan 1 mL H2SO4 2 N
Titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi perubah warna manjadi kuning muda.
Tambahkan 5 tetes amilum, warna biru terbentuk.
Titrasi kembali dengan Na2S2O3 hingga warna biru hilang.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus standarisasi V1 × N1 = V2 × N2
Penetapan kadar CuSO4
Pipet 10 mL larutan CuSO4 masukkan ke dalam erlenmeyer.
Tambahkan 1 mL KI 10%.
Tambahkan 1 mL H2SO4 2 N
Titrasi dengan Na2S2O3 hingga terjadi peubahan warna menjadi kuning muda.
Tambahkan 5 tetes amilum, warna biru terbentuk.
Titrasi kembali dengan Na2S2O3 hingga warna biru hilang.
Catat volume peniternya, lalu masukkan ke dalam rumus perhitungan kadar
Kadar CuSO4 = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
Hasil Percobaan
Perhitungan standarisasi Na2S2O¬3 dengan larutan KIO3 0,01 N
Diketahui : V1 = 10 mL
N1 = 0,01 N
V2 = 11 mL
Ditanya : N2=.....?
Jawab : V1 × N1 = V2 × N2
10 × 0,01 = 11 × N2
0,1 = 11 N2
N2 = 0,1/11
= 0,0091 N
= 0,01 N
Perhitungan kadar CuSO4
Diketahui : Vp = 3,75 mL
Np = 0,01 N
Vs = 10 mL
Mr = 159,5
Valensi = 2
Ditanya : kadar FeSO4 =.....?
Jawab : BE= "Mr" /"Valensi"
= 159,5/2
= 79,5
Kadar vitamin CuSO4 = (Vp × Np × BE × 1000)/Vs
= (3,75 × 0,01 × 79,5 × 1000)/10
= 298,125 ppm
Kesimpulan
Jadi hasil standarisasi Na2S2O3 dengan larutan KIO3 0,01 N adalah 0,01 N dan hasil penentuan kadar CuSO4 adalah 298,125 ppm.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA XI
Judul : Analisa Gravimetri
Hari / tanggal : Senin, 26 November 2012
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Tempat : Laboratorium Terpadu
Tujuan : Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menentukan kadar TSS pada kertas saring dan kadar TDS pada cawan secara gravimetri
Tinjauan Pustaka
Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri melibatkan proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.
Gravimetri dapat digunakan dalam analisis kadar air. Kadar air bahan bisa ditentukan dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung. Bila yang diukur ialah fase padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan padatan tersebut maka disebut gravimetri evolusi tidak langsung. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110–130°C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya.
Alat dan bahan :
Alat :
Neraca analitik
Corong
Kertas saring
Cawan porselein
Beker glass
Gelas ukur
Penjepit
Pinset
Desikator
Bahan :
Sampel
Prosedur Kerja
Timbang cawan porselein sebagai berat awal
Timbang kertas saring sebagai berat awal
Lipat kertas saring pada corong
Sampel dikocok, lalu diambil 100 mL dengan gelas ukur kemudian saring sedikit demi sedikit.
Ambil kertas saring dengan pinset, lalu panaskan pada oven dengan suhu 105°C selama 1 jam.
Filtrat/hasil penyaringan dipindahkan ke dalam cawan sebanyak 25 mL, kemudian panaskan pada oven dengan suhu 105°C.
Cawan dan kertas saring dimasukkan ke dalam desikator.
Timbang kembali sebagai berat akhir.
Kadar TSS = (Berat akhir kertas –berat awal kertas ×1000)/Vs
= .... mg⁄L
Kadar TDS = (Berat cawan akhir –berat cawan awal ×1000)/Vs
= .... mg⁄L
Hasil Percobaan
Perhitungan kadar TSS
Berat akhir kertas = 0,3804 gram
Berat awal kertas = 0,38 gram
Kadar TSS = (Berat akhir kertas –berat awal kertas ×1000)/Vs
Kadar TSS = (0,3804 –0,38 ×1000)/100
= 0,004 mg⁄L
Perhitungan kadar TDS
Berat cawan akhir = 29,61gram
Berat cawan awal = 29,55 gram
Kadar TDS = (Berat cawan akhir –berat cawan awal ×1000)/Vs
Kadar TDS = (29,61 – 29,55 ×1000)/25
= 24 mg⁄L
Kesimpulan
Jadi, berdasarkan percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa kadar TSS adalah 0,004 mg⁄L dan kadar TDS adalah 24 mg⁄L
DAFTAR PUSTAKA
http://annisanfushie.wordpress.com/2008/09/29/74/
http://bbblajarbareng.blogspot.com/2011/05/acidimetri-dan-alkalimetri.html
http://catatankimia.com/catatan/titrasi-iodimetri.html
http://catatankimia.com/catatan/titrasi-iodometri.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gravimetri_%28kimia%29
http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri
http://muthiaura.wordpress.com/2012/04/24/titrasi-argentometri/
http://rifqicollectionfile.blogspot.com/2012/03/pengenalan-alat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar